Duluuu banget, waktu aku masih SD, aku pernah menemukan seekor anak kucing kampung. Kutemukan ia di sekolahku. Warna bulunya oranye cerah. Uniknya, meskipun kucing kampung, bulunya lumayan lebat menyerupai kucing anggora yang bulunya berantakan. Kunamai ia Emon, singkatan dari Doraemon, robot ajaib yang juga kucing robot.
Singkat cerita, karena jatuh cinta dengan Emon, aku ingin memeliharanya. Dengan PD aku bawa ia sepulang sekolah. Tapi, begitu melihat aku bawa kucing, mamaku langsung melarangku membawanya masuk rumah.
"Lho kenapa Mah?', tanyaku.
"Pokonya gak boleh miara kucing!. Tau gak kucing itu bahaya buat kesehatan. Bulunya bisa bikin perempuan gak bisa hamil'.
Polos aku menjawab
"Hamil apanya? Kan belum pacaran (ini perkataan ngaco n' gak nyambung). Lagian kucing kan binatang kesayangan Nabi'.
"Pokonya gak boleh!"
Walo sudah beragumen dengan penuh kesungguhan, mama tetap melarangku memelihara Emon. Sudah pasti sedih sih rasanya. So, saat itu juga aku balik ke sekolah buat ngembaliin Emon. Kebetulan rumahku dengan sekolah gak gitu jauh jaraknya.
Sebenernya gak tega mau ninggalin Emon gitu aja di tempatnya semula. Apalagi tiap diturunin, Emon malah ngikut-ngikut terus. Tapi, dibawa pulang lagi ke rumah juga gak mungkin. Saat itulah, dengan penuh kebetulan lewat temanku yang kebetulan belum pulang karena nunggu jemputan. Namanya Adis.
"Lagi ngapain Cher?"
Ditanya gitu, aku malah langsung nyelosor (bahasa apa sih?, hehe)
"Dis, mau ngasuh Emon gak?
"Emon apaan? Ooo..., kucing ya. Ya udah aku bawa."
Gitu aja, akhirnya Emon resmi diadopsi Adis.
Ada pikiran takut juga sih kalo orang tua Emon melarang Adis memeliharanya. Untunglah, Adis diizinkan memelihara Emon, begitulah kabar yang disampaikan Adis esok harinya.
Seneng campur sedih, campur campur perasaanku. Seneng karena Emon berada di tempat yang menginginkannya, sedih karena kehilangan. Betulkah kehilangan?
Beberapa minggu kemudian...
"Emon dah bisa pub di halaman. makanan kesukaannya nasi dicampur telor goreng. suka nyakar kalo dimandiin. bobonya barengan aku di kamar." begitulah cerita Adis tentang Emon. Mendengarnya, membuat aku jadi kepingin Emon balik lagi padaku. Duuuh sedih...! Tapi kenapa harus sedih? Sepertinya Emon bahagia, dan bukan hanya Emon yang bahagia, keluarga Adis pun bahagia dengan keberadaan Emon. Jadi kenapa harus sedih?
"Makasih ya Dis udah sayangin Emon", kataku pada Adis.
Emon, semoga kamu bahagia terus, doaku dalam hati....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar